Selasa,
pagi hari. Ada kabar bahwa seorang tetanggaku mengalami sakit yang
parah. Mengharuskannya dirawat dirumah sakit. Dan sekarang dikabarkan
bahwa dia hanya bisa tidur berbaring lemas di ruang ICU rumah sakit.
Setelah
mengetahui kabar tersebut aku dan ibuku pada hari itu langsung beniat
pergi menjenguknya pada siang hari nanti. Sampai pada jam menunjukan
pukul 10.15 kami bersiap-siap pergi. Hingga jam 10.30 kami pun
berangkat menuju rumah sakit.
Sesampainya
disana setelah memarkirkan motor, kami bergegas mencari gedung tempat
dimana ruang ICU berada. Karena ketidak tahuan tentang denah lokasi
tempat di rumah sakit, aku menghampiri seorang satpam disana dan
menanyakan tempat tujuan kami.
‘Maaf,
Pak kalau ruang icu sebelah mana ya?’ Aku bertanya pada Pak satpam
‘Lurus,
belok kiri, gedung yang ujung.’ Pak satpam itu menunjukan arahnya
padaku
‘Oh,
iya Pak. Terima kasih.’ Ucapku pada Pak satpam yang baik telah
menunjukan jalan yang benar kepada kami.
Kami
pun berjalan menuju tempat tujuan berdasarkan arahan tadi. Tepatnya
didepan sebuah gedung bertingkat, kami pun menuju lantai dimana
tetangga kami dirawat dengan menaiki tangga. Berdasarkan info yang
kami dapat, lantai tempat tetangga kami itu di rawat adalah lantai 4
dan kami berada di lantai dasar. 4 lantai harus kami lewati, tanpa
kami sadar ada lift disana yang kami abaikan karena kepanikan dan
keterburuan ini. Sebelum akhirnya kami sampai dan bertemu dengan
keluarga tetangga kami yang sakit disana.
Tetangga
kami yang sedang sakit namanya Pak Dani. Istri Pak Dani atau Bu
Kartika menghampiri kami dan kami pun duduk. Sembari Ibuku dan Bu
Kartika mengobrol, aku memperhatikan jam yang menunjukan pukul 11.20.
Jam besuk disana adalah jam 11.30. Sebentar lagi kami menunggu untuk
dapat melihat keadaan Pak Dani. Sampai akhirnya Pak satpam disana
mempersilahkan keluarga para pasien untuk memasuki ruangan.
Giliran
masuk pertama adalah Ibuku
dan aku.
Bersama Bu Kartika kami
berjalan beberapa meter melewati banyak ruangan berdinding
kaca yang berhimpitan yang
setiap ruangannya
tak ada satupun ruangan yang kosong
dengan pasien
yang berbaring disana.
Sejauh mata memandang di sebelah kiri
kami,
memperhatikan
setiap pasien pada setiap ruangan dengan
perasaan
yang mungkin
tak bisa kami
ungkapkan, khususnya untukku.
Akhirnya
kami sampai diruangan Bapak itu dan melihat keadaanya disana yang
terbaring dengan banyak selang yang tersambung ke bagian tubuhnya.
Kami pun berdo’a bersama mendo’akan untuk kesembuhan Pak Dani.
Setelah
berdo’a, Bu Kartika bercerita sedikit tentang kondisi Pak Dani saat
ini. Pak Dani harus di ikat pada kedua kakinya dan juga tangannya
karena memberontak saat dipasangkan selang itu. Aku melihatnya
bagaimana nafasnya yang berat sekali, sampi aku kurasakan saat itu.
Hingga ada suatu teriakan yang ku dengar dari arah sebelah kiri jauh
di ujung sana.
‘Aaaaaaa..
Aaaaaaa…. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa..’ Suara teriakan yang ku dengar.
Suara
teriakan itu membuat kami semua seakan ikut merasakannya. Suasana
disana berubah drastis, seakan kami berada disuatu terowongan, dan
kami hanya bisa mendengarkan suara itu saja. Teriakan dengan rasa
sakit hingga beberapa kali, membuatku merinding.
‘Itu
adalah suara Ibu yang ada di ujung sebelah kiri ruangan ini. Saya
sering sekali mendengarnya.’ Bu Kartika bilang pada kami.
Beberapa
menit kemudian setelah berbincang tentang keadaaan Pak Dani dan
suasana yang kami rasakan disana. Itu semua mengingatkan kami bahwa
sakit itu bukan tanpa alasan. Saat kita mengambil sisi positifnya,
sakit adalah jalan dimana kita mempasrahkan apapun pada Tuhan dan
selalu tidak sering kali meninggalkan waktu kita untuk beribadah
kepada-Nya. Aku dan Ibuku pun berpamitan dan bepesan agar Pak Dani
lekas sembuh dari apa yang menimpanya.
Setelah
sebelumnya kami naik menuju laintai 4 melalui tangga, sekarang kami
memilih menggunakan lift untuk turun ke lantai dasar. Kami pun masuk
ke dalam lift dan aku menekan tombol angka satu untuk menuju lantai
bawah.
‘Eh,
kok pintunya gak menutup.’ Kataku terheran.
‘Eh,
kenapa!.’ Ibuku juga terheran.
Pintu
pun tertutup dan nomor lift bergerak dan turun namun hanya turun
sampai pada laintai 3. Keluar dari lift kami di hadapkan memang kami
berada di lantai 3. Ah, dari pada kami terjebak dalam lift, kami pun
memilih kembali menuruni gedung ini dengan menggunakan tangga.
Sampai
di parkiran dan mehidupkan mesin motor, kami pun menuju pintu keluar untuk
pulang. Dan kami pun berbincang tentang kejadian yang memalukan di
lift tadi. Juga, mengingat kembali teriakan kesakitan seseorang di
rumah sakit.
‘Eh,
Mah. Mungkin tadi kita hanya akan diam di lift itu!.’ Seruku
‘Kenapa?.’Ibuku
bertanya.
‘Pintu
lift itu turun ke bawah karena ada orang lain yang menekan tombol
untuk menggunakan lift. Kalau tidak ada yang menekan tombol, mungkin
kita akan menjadi manusia kudet terjebak di lift rumah sakit.’
Ungkapku.
‘Hahahahahaha..’
Kami tertawa.
Senyumlah
sebelum kau tak bisa tersenyum kepadanya. Tertawalah sebelum kau tak
bisa lagi mentertawakan sesuatu dengan mereka. Dan sadarlah pada apa
yang telah menjadi kewajibanmu di dunia. Sebelum tak ada lagi jalan
kembali untukmu menikmati dan mensyukuri hidup ini. Sehat itu MAHAL
dan itu benar.
Iya sob ingat kewajiban yang ada di dunia ini, dengan sakit allah akan membersihkan dosa" kita
ReplyDeleteAlloh mencintai kita
DeleteMenyentuh banget ceritanya Gan... 👍👍
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteMenarik sekali ceritanya
ReplyDeleteapkgratisunduh.blogspot.com
Terima kasih sudah membaca
DeleteKeren euy
ReplyDeleteHatur nuhun Kang
Deletedengan cobaan sakit, orang jadi tahu nikmatnya sehat.
ReplyDeletemeski sakit, tetaplah ada hikmah di baliknya.
sodikin,com
lintas12,com
Betul Kang 👍
DeleteCeritanya kena banget feel nya dapet
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteMantap gan. Buat cerita dan ada pesan moralnya
ReplyDeleteTerima kasih😊
DeleteMantap kak salam kenal
ReplyDeleteTerima kasih. Ya, salam kenal
Deletemantab
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteKerenn
ReplyDeleteTerima kasih
Deletemantap,, keren uy
ReplyDeleteTerikasih sudah membaca
DeleteBagus gan ceritanya. good lah ^_^
ReplyDeleteTerima kasih 😊
Deleteyup, bersyukurla kaawan.. wkwk thank you sudah berbagi cerita.. kereen blognya..
ReplyDeleteYap. Terima kasih banyak 😉
Deleteharus jadi orang yg bersyukur, Salam DriGame
ReplyDeleteOke
DeleteOh...tapi peristiwa dalam lift itu..
ReplyDeleteHehe
DeleteCerita yang penuh makna
ReplyDeleteThank`s
DeleteMantap gan ceritanya keren, tulisannya juga rapih. Sukses terus ya gan dalam berkarya..
ReplyDelete😊 Terima kasih sudah membaca
DeleteCerita yang menyedihkan dari pasien yang ada di ruangan ICU. Semoga mereka diberi ketabahan dan kesembuhan, aamiin...
ReplyDeleteIya gan Aamiin
DeleteJalanin aja hidup karena semua adalah cobaan, percayalah semua itu akan indah pada waktunya....mampir kak www.nyampling .com
ReplyDeleteEaaa... mantap Gan
DeleteSeneng banget baca yg ginian gan :D
ReplyDeleteterima kasih tulisan nya
Terima kasih sudah membaca
DeleteKita tidak akan tau nikmatnya sehat kalau tidak pernah sakit
ReplyDeleteBetul gan
DeleteKehidupan memiliki tantangan sendiri,,,terimakasih bacaannya gan...salam POJOK_NYANTAI
ReplyDeleteSama-sama gan
DeleteMenarik sekali ceritanya gan
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca
DeleteMenarik sekali ceritanya gan
ReplyDeleteWah keren banget ceritanya, realistis dan sangat menyentuh.
ReplyDelete😊 Terima kasih sudah membaca
DeleteMantap bro👍Thank`s
ReplyDeleteMntap, makasih gan
ReplyDeletebersyukurlahh maka Allah akan menambahkan nikmatNya padamu.
ReplyDeletemantaap
Nice broo..
ReplyDeleteNice Artikel
ReplyDeleteSi pasien yang tiba2 teriak disamping pa Dani itu kenapa?
ReplyDeletekeren kak artikelnya,menarik tulisannya
ReplyDeleteceritanya menarik gan kenala gak dibikin komik?
ReplyDelete